BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Generasi
muda adalah tulang punggung bangsa, yang diharapkan di masa depan mampu
meneruskan tongkat estafet kepemimpinan bangsa ini agar lebih baik. Dalam
mempersiapkan generasi muda juga sangat tergantung kepada kesiapan masyarakat
yakni dengan keberadaan budayanya. Termasuk didalamnya tentang pentingnya
memberikan filter tentang perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain;
minuman keras, mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain yang dapat
menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS. Bencana yang terus menimpa bangsa
ini tentunya dapat diperbaiki dengan proses waktu yang tertentu, namun bencana
akibat rusaknya moral, bagaimana memperbaikinya? Dalam pergaulan bebas remaja
sekarang kita lihat sangat menyedihkan,lihat saja dilingkungan sekitar kita
kebanyakan yang menjadi korban pergaulan bebas adalah remaja belia. Kebanyakan
mereka yang masih duduk di bangku SMP dan SMA. Dalam pergaulan bebas ini mereka
akan ikut-ikutan dengan kawan mereka atau karena ajakan kawan mereka. Disinilah
mereka memulai yang namanya metode coba-coba hinga akhirnya kecanduan. Dari
yang minum minuman keras, memakai narkoba hingga akhirnya terjadilah sex bebas.
Kita lihat saja kalau sudah malam minggu atau malam libur banyak remaj-remaja
yang begadang tanpa keperluan yang jelas. Mungkin tanpa kita sadari pemerintah
juga lalai dalam menangani pergaulan bebas ini. Lihat saja sekarang di kota
Medan saja sudah ada berapa banyak diskotik yang tidak terlalu dipantau oleh
dinas pariwisata. Dikostik juga dapat sebagai pemicu kerusakan moral para
remaja saat ini, sekarang saja kita lihat jika masuk diskotik sudah tidak ada
cek KTP. Mungkin saja yang masuk diskotik belum cukup umur. Tapi, karena
kelalaian itulah banyak yang belum cukup umur masuk diskotik. Mungkin didalam
diskotik 75% pengunjung minum alkohol, 20% memakai narkoba, dan mungkin hanya
5% saja yang tidak mengkonsumsi apa-apa. Setelah mabuk tanpa sadar maka disinilah
yang sering terjadi seks bebas. Dengan istilah “Sex After Dugem”. Setelah
beberapa kali melakukan seks kadang tanpa si wanita sadari dia telah hamil.
Disinilah yang terjadi perikhan dini bila si pria mau menikahi si wanita.
Tetapi bagainama jika si pria tidak mau atau tidak bertanggung jawab? Maka
terjadilah yang namanya aborsi karena si wanita malu dan belum siap menjadi
seorang ibu. Tanpa dia pikirkan apa bahaya dari aborsi itu sendiri. Aborsi
sendiri adalah penguguran janin atau membuang janin sengaja sebelum waktunya,
sebelum dapat lahir secara alamiah. Padahal dampak atau resiko aborsi sangat
berbahaya. Dampak pada mental wanita tersebut mungkin wanita tesebut akan
mengalami gangguan jiwa atau tertekan batin karena penyesalan yang tidak ada
hentinya. Dampak kesehatan atau keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang
wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi mungkin akan
mengalami kematian mendadak karena pendarahan hebat atau karena pembiusan yang
gagal, dan dampak dibelakangan hari juga tidak sedikit mungkin saja si wanita
tersebut mengalami luka dalam yang lama kelamaan semakin parah dan berujung
kematian juga. Oleh karena itu pemerintah harus mampu mengambil tindakan dan
menyaring pengaruh yang berhak dan berdampak negatif bagi para remaja. Begitu
pula peran remaja harus mampu mengendalikan diri dan menghindari hubungan seks
pra nikah. Upaya-upaya pencegahan pergaulan bebas adalah dengan menanamkan
nilai-nilai agama, moral dan etika, diantaranya :
1.
Pendidikan agama, moral, dan etika keluarga.
2. Kerja
sama guru dan orangtua, tokoh masyarakat, pendidikan yang diberikan hendaknya
tidak hanya kemampuan intelektual, tetapi juga mengembangkan kemauan emosi anak
agar dapat mengembangkan rasapercaya diri. Oleh karena itu, kami memilih judul
“DAMPAK PERGAULAN BEBAS TERHADAP REMAJA yang sangat berkaitan erat dengan
masalah d iatas.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
dari latar belakang di atas dan untuk menghindari pemhasan yang lari dari jalur
fokus kajian yang telah ditetapkan sebelumnya, serta mempermudah
penginformasian terhadap masalah yang dibahas . Maka penulis hanya akan
membahas uraian masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana dampak perggaulan bebas terhadap remaja?
2.
Bagaimana cara menanggulangi pergaulan bebas?
3.
Bagaimana seharusnya pergaulan dalam kehidupan remaja?
4.
Bagaimana pentingnya sex education dalam pergaulan remaja?
1.3
Batasan Masalah
Mengingat
cakupan permasalahan remaja cukup luas, maka penulis perlu membatasi
masalah-masalah pada karya tulis ini ke dalam beberapa rumusan masalah,
diantaranya:
1.
Pergaulan bebas
2.
Dampak Pergaulan Bebas
3.
Penaggulangan
1.4
Tujuan dan Manfaat
1.4.1
Tujuan Adapun tujuan dari pembahasan Dampak Pergaulan Bebas Terhada remaja
adalah:
1. Untuk
mengetahui “mengapa remaja menjadi korban dari pergaulan bebas”?
2. Utuk
mengetahui dampak dari pergaulan bebas.
3. Untuk
mengetahui cara menaggulangi pergaulan bebas.
4. Untuk
Mengetahui cara menghindari dari pergaulan bebas.
1.4.2
Manfaat
1.
Sebagai bahan informasi bagi pembaca untuk menghindari pergaulan bebas.
2.
Sebagai bahan informasi bagi penulis untuk menambah wawasan tentang pergaulan
bebas.
3.
Sebagai bahan informasi tata cara bergaul yang baik di kalangan remaja. 1.5
Sistematika Penulisan
Adapun
sistematika penulisan Tugas Kelompok ini terdiri dari 4 (empat) bab dan
beberapa sub bab didalamnya yaitu:
BAB 1:
Pendahuluan
Pada bab
ini penulis menguraikan mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Batasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Studi serta Sistematika Penulisan.
BAB 2:
Landasan Teori
Pada bab
ini penulis menguraikan kerangka konseptual dengan mengunakan beberapa teori
dan pengertian yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan
yang berkaitan dengan topik dan fokus kajian.
BAB 3:
Pembahasan
Pada bab
ini penulis mengkaji lebih dalam tentang permasalahan yang menjadi topik dan
dijelaskan dampak dari permasalahan, cara penanggulangan dari masalah.
BAB 4:
Kesimpulan Dan Saran
Pada bab
ini dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran dari penulis untuk perbaikan karya
tulis yang dibuat.
BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KONSEPTUAL
2.1
Landasan Teori
Landasan
teori adalah merupakan konsep panduan yang digunakan sebagai topik untuk
menyelesaikan suatu karya ilmiah. Pada bagian ini penulis menegukakan teori
yang berkaitan dengan masalah yang dibahas yang merupakan dasar penulis dalam
membahas masalah yang Dampak Pergaulan Bebas Terhadap Remaja.
2.1.1
Pengertian Pergaulan Bebas Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup
dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam
kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui
suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan juga adalah HAM setiap
individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi
dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar
HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma
hukum, norma agama, norma budaya, serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara
medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan
norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti
saat ini. Pergaulan bebas sering dikonotasikan dengan sesuatu yang negatif
seperti seks bebas, narkoba, kehidupan malam, dan lain-lain. Memang istilah ini
diadaptasi dari budaya barat dimana orang bebas untuk melakukan hal-hal diatas
tanpa takut menyalahi norma-norma yang ada dalam masyarakat. Berbeda dengan
budaya timur yang menganggap semua itu adalah hal tabu sehingga sering kali
kita mendengar ungkapan “jauhi pergaulan bebas”.
2.1.2
Pengertian Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa
kanak-kanak ke masa dewasa.Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan
sosial budaya setempat.Menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) batasan
usia remaja adalah 12 sampai 24 tahun.Sedangkan dari segi program pelayanan,
definisi remaja yang digunakan oleh Departemen Kesehatan adalah mereka yang
berusia 10 sampai 19 tahun dan belum kawin.Sementara itu, menurut BKKBN
(Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak Reproduksi) batasan usia remaja adalah
10 sampai 21 tahun.
2.1.3
Dampak Pergaulan Bebas Dampak dari pergaulan bebas akan menimbulkan
perilaku-perilaku yang negatif, yang antara lain; negatif minuman keras,
mengkonsumsi obat terlarang, sex bebas, dan lain-lain yang dapat menyebabkan
terjangkitnya penyakit HIV/AIDS. Melakukan hubungan seks secara bebas merupakan
akibat pertama dari pergaulan bebas yang merupakan lingkaran setan yang tidak
ada putusnya dengan berbagai akibat di berbagai bidang antara lain di bidang
sosial, agama dan kesehatan. Yayah Khisbiyah (1994), misalnya, mengutip
pelbagai hasil penelitian yg menunjukkan intensitas angka kehamilan remaja di
luar nikah. Lembaga konseling remaja, Sahabat Remaja, menemukan dari pelbagai
kasus yg mereka tangani pada tahun 1990 dijumpai ada 80 remaja usia 14-24 tahun
yg hamil sebelum nikah. Penelitian di Manado yg dilaporkan oleh Warouw
mengambil 663 sampel secara acak dari 3.106 orang meminta induksi haid
ditemukan sebanyak 472 responden yg belum menikah (71,3%) mengalami kehamilan
yg tidak dikehendaki (unwanted pregnancy). Dari jumlah tersebut, 291 responden
(28,8%) berusia 14-19 tahun, 345 responden (52%) berusia 20-24 tahun. Pakar
seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta
mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks
bebas semakin meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi
dua puluh persen pada tahun 2000. Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan
dari berbagai penelitian di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta,
Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi Tenggara, pada
tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah
mencapai 29,9 persen. Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di
Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja mengaku pernah melakukan hubungan
seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut hingga menginjak ke
jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum baik di
pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius.
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1
Defenisi Pergaulan Bebas di Kalangan Remaja
Pergaulan
bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia
adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan
hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal
relationship). Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus
dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak tidak boleh dibatasi dalam pergaulan,
apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi
pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum,
norma agama, norma budaya, serta norma bermsayarakat. Jadi, kalau secara medis
kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan
norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti
saat ini. Namun, dalam masyarakat pergaulan bebas memiliki arti yang berbeda.
Dari segi bahasa pergaulan artinya proses bergaul, sedangkan bebas artinya
terlepas dari ikatan. Jadi pergaulan bebas artinya proses bergaul dengan orang
lain tetapi terlepas dari norma yang mengatur tentang pergaulan. Pergaulan
bebas tidak mengenal batas-batas pergaulan. Para remaja dengan bebas saling
bercengkrama, bercampur baur antara lawan jenis, akibatnya mudah di telusuri
berkembanglah budaya pacaran.
3.2
Faktor – Faktor Pergaulan Bebas Seorang anak dapat terjerumus ke dalam
pergaulan bebas disebabkan oleh :
1. Arus
globalisasi Seiring dengan semakin cepatnya arus globalisasi, banyak budaya
Barat yang tidak sesuai dengan budaya Timur (Indonesia) masuk ke Indonesia.
Budaya Timur yang awalnya pacaran pada usia remaja dianggap tabu oleh
masyarakat, tetapi semakin akibat kuatnya pengaruh arus globalisasi tersebut
menyebabkan pacaran sebagai hal biasa.
2.
Pengaruh teman atau kelompok sepermainan Sudah tidak dapat kita ungkiri bahwa
sekarang ini teman ialah tempat menampung segala keluh kesah kita. Namun,
apabila kita kita salah mencari teman, mereka akan menghibur kita, mereka akan
mengajak kita mencari solusi semua masalah kita dengan mengajak kita clubbing,
merokok, apalagi mencari menggunakan ganja.
3.
Pengaruh media massa Sekarang, untuk mendapatkan suatu video, gambar dan
cerita-cerita tentang seks dan pornografi lainnya sangat mudah, tinggal cari di
internet dengan mengunjungi situs-situs yang meyediakan layanan dewasa tersebut
selain itu juga film-film dewasa tersebut juga sudah dijual oleh para pedagang
kaset dan video. Begitu mudahnya akses untuk mendapatkan hal-hal yang berbau
pornografi sekarang ini menyebabkan semakin meningkatnya angka perilaku seks
bebas di kalangan remaja. 4. Iman yang lemah Pemahaman religi/ agama yang
kurang, sehingga iman sangat mudah untuk digoyahkan untuk berbuat yang tidak
baik dan tidak lagi dapat memahami akibat dari pergaulan bebas, baik berakibat
didunia maupun diakhirat pada akhirnya.
5.
Pandangan orangtua Anak-anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan
sex education, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai
seks adahal hal yang tabu. Orang tua juga melakukan kesalahan, dengan tidak
memberikan pendidikan yang memadai di rumah, dan membiarkan anak-anak mereka.
Sehingga dari ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung
jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.
3.3
Dampak Pergaulan Bebas
Sebagai
remaja yang baik, tentu kita tidak ingin hal itu terjadi, bukan? Oleh karena
itu, berilah jarak antara kita dengan pergaulan bebas yang merajalela. Karena,
dampak dari pergaulan bebas tersebut hampir kebanyakan merupakan dampak
negatif, salah satunya kita bisa terjangkit virus HIV/AIDS (Human
Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome). Dan masih banyak lagi
dampak-dampak negatif lainnya.
3.3.1
Kenakalan Remaja
Kenakalan
remaja ialah perilaku menyimpang dari atau melanggar hukum. Kenakalan remaja
dibagi menjadi 4 jenis, yaitu :
1.
Kenakalan remaja yang menimbulkan korban fisik pada orang lain : perkelahian, tawuran
pelajar, perkosaan, perampokan, dan lain-lain.
2.
Kenakalan yang menimbulkan koraban materi : perusakan, pencurian, pencopetan,
pemerasan, dan lain-lain.
3.
Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain : pelacuran,
penyalahgunaan obat, dan lain-lain.
4.
Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar
yang membolos, mengingkari status orang tua dengan minggat dari rumah atau
membantah mereka.
3.3.2
Penyalahgunaan Narkoba dan Alkoholisme
Seperti
yang kita ketahui, narkoba dan minuman yang mengandung alcohol mempunyai dampak
terhadap system syaraf manusia yang menimbulkan semangat keberanian. Semua
orang pun tahu, narkoba dan alcohol itu dalam dosis yang berlebihan bisa
membahayakan jiwa orang yang bersangkutan. Makin sering ia memakai narkoba atau
minum-minuman beralkohol, makin besar ketergantungannya sehingga pada suatu
saat tidak bisa melepaskan diri lagi. Pada tahap ini remaja yang bersangkutan
bisa menjadi kriminal, atau menjadi pekerja seks untuk sekedar memperoleh uang
pembeli narkoba atau minuman beralkohol.
3.3.3
Narkoba Narkoba
(singkatan
dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif berbahaya lainnya) adalah
bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum,
dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan,
dan perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik
dan psikologis. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun 1997). Yang termasuk jenis Narkotika
adalah :
1.
Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium
obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
2.
Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta
campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
3.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan
perilaku.(Undang-Undang No. 5/1997). Zat yang termasuk psikotropika antara
lain:
1.
Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandarax, Amfetamine, Fensiklidin,
Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD
(Lycergic Alis Diethylamide), dsb. Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah
bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai
pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistim syaraf pusat,
seperti: 2. Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut)
berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang
dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya
dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether, dsb. 3.3.4 Jenis Narkoba Menurut
Efeknya Dari efeknya, narkoba bisa dibedakan menjadi tiga: 1. Depresan, Yaitu
menekan sistem sistem syaraf pusat dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh
sehingga pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak
sadarkan diri. Bila kelebihan dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis narkoba
depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya seperti morphin dan
heroin. Contoh yang populer sekarang adalah Putaw.
2.
Stimulan Merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan serta kesadaran.
Jenis stimulan: Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh yang sekarang sering dipakai
adalah Shabu-shabu dan Ekstasi. 3. Halusinogen Efek utamanya adalah mengubah
daya persepsi atau mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan berasal
dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran.
Selain itu ada jugayang diramu di laboratorium seperti LSD. Yang paling banyak
dipakai adalah marijuana atau ganja.
3.3.5
Penyalahgunaan Narkoba
Kebanyakan
zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penefitian. Tetapi
karena berbagai alasan – mulai dari keinginan untuk coba-coba, ikut trend/gaya,
lambang status sosial, ingin melupakan persoalan, dan lain-lain. Maka narkoba
kemudian disalahgunakan. Penggunaan terus menerus dan berianjut akan
menyebabkan ketergantungan atau dependensi, disebut juga kecanduan.
3.3.6
Dampak penyalahgunaan Narkoba
Bila
narkoba digunakan secara terus menerus atau melebihi takaran yang telah
ditentukan akan mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah yang akan
mengakibatkan gangguan fisik dan psikologis, karena terjadinya kerusakan pada
sistem syaraf pusat (SSP) dan organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru,
hati dan ginjal. Dampak penyalahgunaan narkoba pada seseorang sangat tergantung
pada jenis narkoba yang dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi
pemakai. Secara umum, dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik,
psikis maupun sosial seseorang.
1.
Dampak Fisik:
1.
Gangguan pada system syaraf (neurologis) seperti: kejang-kejang, halusinasi,
gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
2.
Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) seperti: infeksi akut
otot jantung, gangguan peredaran darah.
3.
Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti: penanahan (abses), alergi, eksim.
4.
Gangguan pada paru-paru (pulmoner) seperti: penekanan fungsi pernapasan,
kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru.
5.
Sering sakit kepala, mual-mual dan muntah, murus-murus, suhu tubuh meningkat,
pengecilan hati dan sulit tidur.
6.
Dampak terhadap kesehatan reproduksi adalah gangguan padaendokrin, seperti:
penurunan fungsi hormon reproduksi (estrogen, progesteron, testosteron), serta
gangguan fungsi seksual.
7.
Dampak terhadap kesehatan reproduksi pada remaja perempuan antara lain
perubahan periode menstruasi, ketidakteraturan menstruasi, dan amenorhoe (tidak
haid).
8. Bagi
pengguna narkoba melalui jarum suntik, khususnya pemakaian jarum suntik secara
bergantian, risikonya adalah tertular penyakit seperti hepatitis B, C, dan HIV
yang hingga saat ini belum ada obatnya..
9.
Penyalahgunaan narkoba bisa berakibat fatal ketika terjadi Over Dosis yaitu
konsumsi narkoba melebihi kemampuan tubuh untuk menerimanya. Over dosis bisa
menyebabkan kematian.
2.
Dampak Psikis:
1.
Lamban kerja, ceroboh kerja, sering tegang dan gelisah
2. Hilang
kepercayaan diri, apatis, pengkhayal, penuh curiga
3.
Agitatif, menjadi ganas dan tingkah laku yang brutal
4. Sulit
berkonsentrasi, perasaan kesal dan tertekan
5.
Cenderung menyakiti diri, perasaan tidak aman, bahkan bunuh diri
3.
Dampak Sosial:
1.
Gangguan mental, anti-sosial dan asusila, dikucilkan oleh lingkungan
2.
Merepotkan dan menjadi beban keluarga
3.
Pendidikan menjadi terganggu, masa depan suram Dampak fisik, psikis dan sosial
berhubungan erat. Ketergantungan fisik akan mengakibatkan rasa sakit yang luar
biasa (sakaw) bila terjadi putus obat (tidak mengkonsumsi obat pada waktunya)
dan dorongan psikologis berupa keinginan sangat kuat untuk mengkonsumsi (bahasa
gaulnya sugest). Gejata fisik dan psikologis ini juga berkaitan dengan gejala sosial
seperti dorongan untuk membohongi orang tua, mencuri, pemarah, manipulatif, dan
lain-lain.
3.3.7
Bahaya Bagi Remaja
Masa
remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa.
Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja akan membentuk
perkembangan diri orang tersebut di masa dewasa. Karena itulah bila masa
anak-anak dan remaja rusak karena narkoba, maka suram atau bahkan hancurlah
masa depannya. Pada masa remaja, justru keinginan untuk mencoba-coba, mengikuti
trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang besar sekali. Walaupun semua
kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja
untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa jumlah pengguna
narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja. Masalah menjadi lebih
gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan menularkan
HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba
melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang
sangat banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan
remaja sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.
3.4 Seks
Bebas
Seks
bebas ialah tindakan seksual yang dilakukan sebelum pada waktunya (menikah).
Seks bebas ini biasanya dilakukan oleh remaja terutama yang berpacaran. Namun,
rasa cinta dan sayang yang mereka lakukan disalahartikan dengan melakukan
hubungan seksual. Awalnya, remaja hanya bergandengan tangan, tetapi karena
hormon yang merangsang dan berbagai faktor seperti pengaruh budaya barat,
selanjutnya mereka mulai mencumbu satu sama lain, lama-kelamaan, laki-laki
mengajak pacar perempuannya untuk melakukan hubungan yang senonoh itu.
Beruntung apabila si perempuan tidak meladeni pacarnya itu.
3.5
Dampak Seks Bebas
Dari
sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan.
Diantaranya, dapat menyebabkan terjangkitnya penyakit HIV/AIDS, terjadi
kehamilan yang tidak diinginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi,
juga menjadi salah satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak diinginkan.
Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan pertanyaan tentang kualitas anak
tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki. Seks pranikah, lanjut Boyke
juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan seks tersebut
dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai
empat hingga lima kali lipat.
3.5.1
Penyakit HIV/AIDS
Tingginya
kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome
(HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat
pergaulan bebas.Hasil penelitian di 12 kota di Indonesia termasuk Denpasar
menunjukkan 10-31% remaja yang belum menikah sudah pernah melakukan hubungan
seksual. Padah kita ketahui sampai saat ini belum ada obat dari penyakit AIDS
ini. Jika telah kena penyakit ini kita hanya menunggu waktu mati saja, karena
kita sudah tidak dapat berbuat apa-apa. Semakin memprihatinkan penderita
HIV/AIDS memberikan gambaran bahwa, cukup banyak permasalahan kesehatan
reproduksi yang timbul diantara remaja. Oleh sebab itu mengembangan model pusat
informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja melalui pendidik
(konselor) sebaya menjadi sangat penting.
3.5.2
Aborsi Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap
kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan
bahwa seseorang yang melakukan aborsi ia ” tidak merasakan apa-apa dan langsung
boleh pulang “. Ini adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap
wanita, terutama mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan
kehamilan yang sudah terjadi. Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan
aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan secara fisik dan gangguan psikologis.
Dalam buku “Facts of Life” yang ditulis oleh Brian Clowes, Phd; Risiko
kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi seorang wanita pada saat
melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah ;
1.
Kematian mendadak karena pendarahan hebat.Kematian mendadak karena pembiusan
yang gagal.
2.
Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan.Rahim yang
sobek (Uterine Perforation).
3.
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada
anak berikutnya.
4.
Kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada wanita),Kanker
indung telur (Ovarian Cancer).Kanker leher rahim (Cervical Cancer).Kanker hati
(Liver Cancer).
5.
Kelainan pada placenta/ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya.
6.
Menjadi mandul/tidak mampu memiliki keturunan lagi ( Ectopic Pregnancy).
7.
Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease).Infeksi pada lapisan rahim
(Endometriosis) Proses aborsi bukan saja suatu proses yang memiliki resiko
tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi
juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang wanita.
Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai “Post-Abortion Syndrome”
(Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam ”
Psychological Reactions Reported After Abortion ” di dalam penerbitan The
Post-Abortion Review. Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam hal ini adanya perhatian khusus dari orang tua remaja tersebut untuk
dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan benar. Dan memberikan kepada
remaja tersebut penekanan yang cukup berarti dengan cara meyampaikan; jika mau
berhubungan seksual, mereka harus siap menanggung segala risikonya yakni hamil
dan penyakit kelamin. Namun disadari, masyarakat (orangtua) masih memandang
tabu untuk memberikan pendidikan, pengarahan sex kepada anak. Padahal hal ini
akan berakibat remaja mencari informasi dari luar yang belum tentu kebenaran
akan hal sex tersebut.
3.6
Penanggulangan Pergaulan Bebas
Pada
saat ini sangat marak terjadi pergaulan bebas di kalangan remaja. Banyak sekali
para remaja atau anak-anak muda yang terjerumus dalam pergaulan tidak sehat
ini. Mereka tidak menyadari bahwa hal itu menyebabkan masa depan mereka
terancam. Sekarang, sangat marak sekali diberitakan di televisi, radio ataupun
media cetak yang mengabarkan tentang remaja nakan yang berpesta
sabu-sabu/narkoba. Kasus pengeroyokan dan tawuran di kalangan anak SMA. Bahkan
yang lebih marak lagi adalah kasus free seks (Seks Bebas) yang banyak dilakukan
oleh remaja berumur 13 hingga 17 tahun ke atas. Saya membaca dari koran Jawapos
edisi minggu lalu, dijelaskan disitu bahwa anak SMA kelas 3 memperkosa adik
kelasnya yang duduk di kelas 1 SMA. Setelah diperiksakan di Rumah Sakit,
ternyata remaja putri ini sudah hamil 2 bulan. Keluarganya benar-benar
menanggung rasa malu. Karena anaknya hamil diluar nikah. Karena tidak terima,
pada akhirnya keluarga korban melaporkan kepada pihak kepolisian. Bahkan saya
juga mendengar dari teman saya sendiri. Bahwa ada tetangganya yaotu seorang
bapak berumur sekitar 40 tahun. Bapak itu tega memperkosa anaknya yang berumur
19 tahun. Mendengar berita itu saya sangat kecewa. Banyak sekali terjadi
pelecehan seksual. Bahkan sekarang ini marak sekali diberitakan di infotaiment
tentang kasus artis muda yaitu Sheila Marcia yang berumur 19 tahun, yang sudah
menggunakan narkoba. Seharusnya kita perlu mempunyai kesadaran diri bahwa peranan
kita ini adalah sebagai generasi penerus bangsa Indonesia. Wajib untuk
mengaharumkan nama bangsa Indonesia. Juga kita harus menjadi kebanggaan negeri,
orang tua, keluarga dan diri sendiri juga tidak lupa kepada tuhan. Dalam
maraknya kenakalan remaja, peranan orang tua/keluarga sangat penting untuk
mengawasi tingkah lakunya putra-putri mereka. Untuk mencegah supaya anak-anak
remaja/anak-anak muda agar tidak terjerumus dalam pergaulan tidak baik. Perlu
sekali para orang tua mengawasi anaknya. Orang tua harus lebih memperhatikan
anaknya. Kita juga harus pintar memilih teman atau bergaul dengan teman yang
baik dan tidak macam-macam. Dan yang paling penting kita mendekatkan diri pada
tuhan. Mohon bimbingan dan petunjuknya agar kita selalu berada di jalan. Kita juga
bisa mengeksplor ketrampilan kita dan juga mengisi waktu lkuang dengan hal-hal
yang positif. Contohnya, yaitu pergi beribadah tempat ibadah, belajar kelompok
dengan teman-teman, dll. Berikut ini beberapa uraian peranan remaja di berbagai
kalangan untuk menanggulangi kenakalan remaja, pergaulan tidak sehat/bebas, dan
lain-lain.
3.6.1
Peranan Remaja Dibidang Kerohanian
Kita
sebagai remaja untuk menghindari dalam segi pergaulan yang baik harus
mendekatkan diri pada Tuhan. Karena kita sangat membutuhkan bimbingan Tuhan.
Baiknya kita harus lebih rajin beribadah dan berdoa pada Tuhan. Dan mengisi
dengan kegiatan / hal-hal yang positif.
Contohnya
mengikuti kegiatan tartil disekolah. Pergi ke masjid. Dan bagi umat christyani,
rajin pergi ke gereja. Kita juga perlu memperdalam pelajaran ke rohanian agar
kita dapat mengamalkan perbuatan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Agar
iman kita lebih bertumbuh dan dikuatkan lagi. Dengan hal ini sedikit besar
pasti akan bisa untuk menanggulangi pergaulan bebas atau kenakalan di kalangan
remaja. 3.6.2 Peranan Remaja Dibidang Lingkungan
1.
Lingkungan Keluarga Dalam hal ini sangat penting sekali peranan keluarga untuk
mengawasi tingkah laku anaknya. Agar tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.
Menjaga hubungan dalam keluarga haruslah harmonis. Antara anak dan orang tua
harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Terciptanya rasa saling
mengasihi antara anggota keluarga. Saling berbagai cerita dan pengalaman.
Diperlukan sikap yang jujur dan terbuka dalam segala hal apapun yang terjadi.
2.
Lingkungan Pergaulan. Sebagai remaja didalam segi pergaulan sangatlah penting.
Terutama untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Dalam bergaul itu kita tentu
mengenal pengetahuan yang baik dan yang buruk. Nah, dalam hal ini kita di tuntut
untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak benar. Tentunya kita
harus menggunakan pikiran dan hati nurani yang bersih. Kita sangat membutuhkan
tuntunan dan bimbingan Tuhan serta koordinasi orang tua. Sangatlah penting
dalam hidup kita untuk menaggulangi pergaulan bebas di masa puber ini.
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Dampak
pergaulan bebas antara lain :
1.
Melakukan hubungan seksual secara bebas yang mengakibatkan kehamilan remaja/kehamilan
sebelum nikah yang mempunyai resiko : Pengguguran kandungan/aborsi, rasa malu
atau putus asa, terpaksa menikah
2.
Beresiko tertular penyakit menular seksual.
3.
Penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang dapat merusak moral generasi muda.
Upaya
mencegah pergaulan bebas : Menanamkan nilai agama, moral dan etika.
1.
Pendidikan yang diberikan hendaknya tidak hanya intelektual, tetapi juga
mengembangkan kemauan emosional agar dapat mengembangkan rasa percaya diri.
2.
Pendidikan dan penyuluhan seksual. 3. Penyuluhan kepada para remaja.
4.2
Saran
1. Bagi
pemerintah Diharapkan memberi bimbingan dan penyuluhan kepada para pemuda agar
tidak salah dalam memilih pergaulan.
2. Bagi
orangtua Diharapkan memberi kasih sayang tidak hanya limpahan materi saja
tetapi perlu juga memperhatikan tingkah laku anak-anaknya agar tidak salah
jalan.
3. Bagi
para remaja Isilah hidup dengan kegiatan yang positif dan jangan mencoba
hal-hal yang memberikan kenikmatan sesaat.
DAFTAR PUSTAKA
Sarwono Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, edisi
1, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994 Tambunan Emil H, Mencegah Kenakalan
Remaja, Bandung
www.wordpress.com/dampak-pergaulan-bebas-bagi-remaja.html
Tanggal Diakses 3 Mei 2009
www.blogspot.com/Suara Remaja Suara Merdeka » Blog
Archive » Bahaya Pergaulan Bebas.html Tanggal Diakses 3 Mei 2009
www.gudangmakalah.com/penanggulangan pergaulan bebas.html Tanggal Diakses 5 Mei
2009
Public Blog Kompasiana» Blog Archive » Antara
pergaulan bebas, aborsi dan pernikahan dini.htm Tanggal Diakses 5 Mei 2009